Julyan.com | Ternyata, nasib cabang olahraga panahan di Aceh tak sebaik cabang olahraga lainnya. Sampai hari ini pemerintah daerah belum menampakkan keseriusan untuk mengembangkan olahraga satu ini. Kenyataan ini, memakasakan para atlit panah Aceh untuk terus berlatih mengasah kemampuan mereka walau tanpa dana khusus yang dikucurkan pemerintah.
Kalau biasanya para atlit olahraga berlatih di Gedung Olahraga, namun hal berbeda terlihat dengan para atlit cabang panah. Di area kosong dengan luas kurang dari setengah heaktare, terletak di kawasan pinggiran sungai Lamyong Banda Aceh, terpajang tiga papan bidik dengan warna biru dan putih yang melingkar. Setiap papan yang berbentuk persegi empat, memiliki jarak berbeda.
Beberapa laki-laki muda sudah bersiap-siap di depan papan pembidik, dengan panah di tangan yang sudah terpasang busur. Mata mereka menatap lurus ke depan penuh konsentrasi, satu, dua, tiga, busur-busur pun mulai terlepas dari panahnya. Mereka adalah para atlit panahan Aceh yang sedang berlatih, jumlah mereka 25 orang. Sedikit pun tidak terlihat rasa lelah dari raut wajah mereka.
Para atlit ini berada langsung di bawah bimbingan Saifuddin, seorang putera daerah yang saat ini menjabat sebagai ketua pengurus provinsi (dulu pengurus daerah) cabang olahraga panahan. Untuk membawa para atlit panahan ke ajang bergengsi di setiap even pertandingan, tak semudah yang dikira. Para atlit panahan ini dipaksa untuk berpindah-pindah tempat, latihan karena belum adanya suatu tempat yang memadai untuk mengasah kemampuan mereka.
Di tahun 2003, Saifuddin berinisiatif untuk memanfaatkan lahan kosong milik masyarakat yang berada di pinggiran sungai Lamyong sebagai tempat latihan. “Saya memilih tempat latihan di sini, karena lahan ini sudah ada jaminan pemakaiannya, sehingga tidak harus berpindah-pindah. Selain itu, lakasinya juga dekat dengan rumah saya, jadi saya bisa dengan mudah mengontrol setiap kegiatan atlit,” ungkap pria kelahiran 1958 Montasik, Aceh Besar ini.
Walaupun kelompok atlit panahan ini juga berada di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, namun para atlit tidak mendapat perhatian serius sebagaimana cabang olahraga lainnya. Alasannya sepele, karena cabang olahraga ini belum menunjukkan prestasi membanggakan. Sehingga Saifuddin dan para atlit terpaksa mengeluarkan dana pribadi untuk setiap pembiayaan selama latihan maupun pertandingan.
“Memang kita berada di bawah Koni, tapi inilah kenyataan hari ini, cabang olahraga ini kurang diperhatikan. Kalau cabang olahraga lain ada dana khusus, kita tidak,” ujar wasit panahan nasional ini.
Ketiadaan dana dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap cabang olahraga satu ini tidak menyurutkan semangat Saifuddin dan anak didiknya. Bahkan dengan tekat bulat, Saifuddin yakin bisa meloloskan anak asuhnya ke pra Pekan Olahraga Nasional (PON) mendatang.
Tentu tak ada yang tak mungkin selagi masih ada keinginan, apalagi para atlit ini sudah dipersiapkan sejak mereka berusia dini. Saifuddin sengaja merekrut atlit-atlit muda, agar mereka bisa lebih mejiwai cabang olahraga ini. Walaupun perekrutannya dilakukan secara bebas, namun sistem seleksi tetap berlaku di sini.
“Yang paling kita utamakan di sini adalah keseriusan. Memang siapa saja boleh bergabung, tapi keseriusan jadi modal awal bagi mereka yang ingin jadi atlit panah,” ungkapnya.
Bagi mereka yang ikut bergabung menjadi atlit panah ini, harus rela menyisihkan waktu dua sampai tiga jam untuk mengikuti latihan rutin setiap hari di bawah pengontrolan Saifuddin.
Roni, salah seorang atlit yang sudah bergabung sejak 2003 mengatakan, ia bersama atlit lainnya bertekad untuk bisa meraih medali di PON mendatang dan pertandingan lainnya.
“Karena hanya itu satu-satunya cara untuk membangkitkan kepercayaan pemerintah ke kita. Selama ini kami tidak diperhatikan, karena kami belum bisa menunjukkan hasil memuaskan di cabang olahraga ini,” ungkap mahasiswa biologi Unsyiah ini di sela-sela latihannya.
Medali ? Ya, itulah target utama Saifuddin dan anak asuhnya untuk memperoleh kepercayaan pemerintah dan bisa diperhatikan seperti cabang olahraga lainnya.
Saifuddin sangat yakin, kalau hari pihak terkait mau memperhatikan cabang olahraga ini, anak didiknya akan bisa tampil maksimal di setiap even pertandingan.
“Kita punya keinginan ke depan para atlit ini bisa bertarung di even-even Nasional, dengan target perolehan medali. Melihat perkembangan para atlit, saya yakin ini akan tercapai. Apalagi sebagian mereka sudah pernah ikut POPNAS, sedikit banyaknya mereka sudah tau bagaimana rasanya bertanding,” ungkap Saifuddin tegas.[]
1 comments:
mantap....
Post a Comment
Berikan komentar anda yang membangun....