Pohon Penghasil Rupiah

Penulis: Mellyan

Dengan keuletan, kerja keras serta sedikit keahlian, hasil alam yang biasa diabaikan bisa disulap menjadi komoditas yang bernilai seni tinggi. Rotan, enceng gondok, pandan berduri dan kulit pisang yang selama ini sering diacuhkan orang, ternyata bisa mendatangkan omset puluhan juta rupiah perbulan jika diolah tangan-tangan terampil.

Namanya Salman, berkulit sawo matang, ramah dan suka tersenyum. Ia membuka usaha rotan sejak tahun 1992. Mewarisi keterampilan dari orang tuanya yang asli Cirebon. Di tanah Jawa itu, usaha rotan milik keluarga salman sudah dikenal banyak orang. Sampai orang tuanya memutuskan untuk hijrah ke Aceh tahun 1984. Salman yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar ikut orang tuanya yang pindah ke Aceh.

Di Aceh, ia meneruskan sekolahnya hingga tingkat sekolah menengah umum (SMU). Cita-citanya menjadi dokter, harus dikubur dalam karena keinginannya menikah diusia muda. Namun usaha rotannya terus berjalan, bersama sang istri, Salman meneruskan usaha yang pada awalnya hanya bermodalkan Rp 2.000.000., hingga menghasilkan banyak jenis kerajinan mulai dari kursi tamu, meja makan, kursi goyang, meja teras, lemari, keranjang, nampan, keranjang buah, tempat baju kotor, tempat perhiasan, cermin rias, scat, lampu hias,rak buku, tempat tidur sampai ayunan bayi. Semuanya tersedia dengan berbagai ukuran.

“Khusus tempat tidur, saya membuatnya kalau ada pesanan saja, karena peminatnya kurang” ujar Salman.

Salman menjual hasil kerajinannya dengan harga bervariasi seperti meja tamu, perset dijual Rp.2.500.000 sampai Rp.4.000.000., sesuai dengan ukuran dan motifnya. Kursi teras dijual antara Rp.700.000., hingga Rp.1.200.000., scat dijual Rp.600.000 sampai Rp.1.200.000., tergantung kreasi dan kerumitannya. Kursi goyang Rp.650.000., meja makan empat kursi Rp.2.500.000., sedangkan yang enam kursi Rp.3.500.000., per set. Untuk menghasilkan barang-barang tersebut dibutuhkan waktu hingga sepuluh hari.

Untuk barang kerajinan yang berukuran lebih kecil Salman menjualnya dengan harga yang lebih terjangkau, seperti ayunan bayi Rp.550.000.,  pakai penyangga, sedangkan yang tidak pakai penyangga Rp.150.000., Keranjang buah biasanya dijual seharga Rp.10.000 sampai Rp.30.000., Tudung saji Rp.60.000 sampai Rp.150.000., tempat baju kotor Rp.90.000 sampai Rp.250.000 sesuai ukuran besar kecilnya. Lampu hias Rp.225.000., cermin Rp.175.000., tempat perhiasan Rp.450.000., Rak buku Rp.350.000., biasanya siap dalam waktu lima hari. Tempat Koran Rp.125.000.,  harganya disesuaikan dengan ukuran barang.

Untuk membantu menjalankan usahanya, Salman dibantu enam karyawannya yang berasal dari Aceh dan Jawa Barat. Mayoritas dari Jawa merupakan tenaga terampil, sedangkan dari Aceh harus diberi pelatihan. Salman menggaji karyawannya Rp 1.200.000 per bulan. Jumlah itu merupakan upah tetap.  kalau sedang mendapat borongan ditambah Rp 50.000., per hari.

“Untuk uang makan sudah kami tanggung, jadi itu gaji bersih,” ungkapnya.

Setelah berjalan lebih dari 15 tahun, usaha rotan salman semakin menjanjikan. Sekarang perbulannya salman mengantongi untung Rp 32.000.000, dipotong pembelian material dan gaji pegawai Rp 6.000.000 sampai Rp7.000.000.

Salman menggunakan jenis rotan manau atau dalam bahasa Aceh disebut awe teuku, rotan jenis ini berukuran besar dan biasanya dijadikan penyangga atau kerangka meubel. selain itu ia juga menggunakan rotan Suti, saga dan cl. Untuk mendapatkan bahan baku tersebut, Salman berburu rotan hingga ke Aceh Barat, Nagan Raya, dan Pidie. Namun khusus untuk rotan jenis cl yang berukuran kecil, ia memperolehnya dari Aceh Besar. Di daerah ini pula, tepatnya diLhok Ngaa usaha yang diberi nama Salman rotan ini memberdayakan para perempuan untuk produksi kerajinan ukuran kecil, seperti keranjang buah, rotan jenis cl yang berukuran kecil merupakan andalan bagi mereka.

Biasanya Salman memberikan bahan baku untuk para perempuan yang mayoritas berusi lanjut, setelah itu keranjang buah tersebut dijual kembali oleh Salman di tokonya yang terletak di Kuta Alam.

“Khusus keranjang buah yang menggunakan rotan kecil jenis cl, tidak kami produksi sendiri, tapi kami ambil di Lhok Nga,” ujar ayah empat anak ini.

Selain rotan, usaha ini juga dimodifikasi dengan kulit pisang, pandan berduri dan enceng gondok, sehingga kerajinnanya lebih indah dan bervariasi. Namun sayang, bahannya masih harus didatangkan dari pulau Jawa.

“Aneh ya, padahal di Aceh hasil alam seperti itu sangat banyak, tapi masih harus beli dari Jawa dengan biaya mahal. Tapi saya sedang memberdayakan hasil alam ini di Aceh. Karena tidak ada tenaga ahli yang bisa mengolahnya, maka sedikit terkendala,” ungkap Salman.

Saat ini, kerajinan Salman rotan sudah mulai dikenal masyarakat Aceh, konsumennya sebagian besar adalah tempat penginapan, perkantoran dan rumah rumah penduduk. Usaha ini bahkan sudah dipasarkan hingga ke Swiss dan Amerika Serikat.

“Tapi kalau ke luar negri baru pesanan perorangan,” katanya.

Untuk menghasilkan kerajinan nan cantik, rotan dan bahan lainnya mesti diproses melalui beberapa tahap. Rotan direbus sekitar satu jam, Kemudian dijemur  sampai kering. Proses ini menghabiskan waktu hingga satu atau dua hari. Kemudian dikreasikan menjadi berbagai barang kerajinan. Pasca tsunami, usaha Salaman rotan mendapat bantuan dari Swiss Contact berupa mesin penghalus rotan.

“Bantuan tersebut sangat membantu pekerjaan kami, kalau dikerjakan secara manual, memakan waktu lebih lama. Kalau dengan mesin hasilnya juga lebih halus,” ungkap Salman.

Salman berharap usaha rotan semakin diminati oleh masyarakat, sehingga usaha tersebut bisa maju dan berkembang bahkan menjadi salah satu komoditas industri favorit.

“Semoga saja usaha ini semakin disukai, sehingga kerajinan ini bisa bersaing dengan industri yang berbahan baku kayu, seperti jepara yang sudah menjadi kebanggaan masyarakat,” harapnya.[]

1 comments:

minajurnalism said...

feature yg sangat menarik..
i like that.
tulisan bg melyan,sangat terinpirasi saya,untuk meulis kembali,thank's...
catatan: bg junaidi bgus2 bgt..

Post a Comment

Berikan komentar anda yang membangun....

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls